SARJANA BARU, PENGANGGURAN BARU

JUBI—Meski sudah beberapa kali meluluskan ribuan sarjana ternyata Universitas
Cenderawasih Jayapura, belum menciptakan lapangan kerja baru sesuai yang diharapkan.Universitas Negeri Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua semula didirikan sebagai salah satu motor pergerakan untuk merebut simpati masyarakat Papua dan sarana politik bagi perjuangan perebutan Irian Barat. Bahkan 10 November 1962 Uncen didirikan dan memiliki Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Ilmu Keguruan. Filosofi pendirian Universitas Cenderawasih adalah untuk menciptakan pemimpin bagi masyarakat di Provinsi Irian Barat waktu itu.
Lalu pemimpin seperti apa yang diinginkan Orang Papua? Walau sebenarnya dari kampus ini telah lahir pemimpin - pemimpin di Papua terutama di bidang pemerintahan dan staf pengajar. Salah satu Tokoh Pejuang alumnus Uncen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi adalah almarhum Arnold Clemens Ap . Sarjana Muda Georgrafi itu akhirnya bekerja di Museum Budaya Uncen dan mendirikan Group Musik Mambesak. Bahkan saat itu diterbitkan pula jurnal antropologi yang telah mendapat pengakuan dari beberapa lembaga di luar negeri. Kelompok budaya Mambesak pimpinan Arnold Ap telah melahirkan kesadaran budaya dan harga diri Orang Papua. Pengenalan jati diri dan identitas melalui rasa cinta terhadap budaya Bangsa Papua justru melahirkan kecurigaan terhadap pihak aparat. Akibatnya Arnold C Ap dan Eduard Mofu ditemukan tewas di pantai Base G Jayapura. Kelompok Group Musik Mambesak melahirkan banyak pemuda Papua tanpa memandang suku dan etnis serta budayanya. Thonci Wolas Krenak adalah salah satu jebolan Kelompok Mambesak yang kini menjadi redaktur Harian Sore Suara Pembaruan. Selain itu masih ada pula Dr. Enos Rumansara ,MA dosen antropologi Fisip Uncen. Sayangnya sejak Group Mambesak dibubarkan, hingga kini sudah tak ada lagi kelompok kelompok budaya seperti yang pernah dirintis oleh A C Ap dan kawan - kawan. Sejak kepergiaan tokoh budaya ini pada April 1984 nyaris tak ada lagi pentolan pentolan budaya dari Kampus Uncen. Bahkan nyaris tak menyamai kehebatan Mambesak.
Padahal sebagi salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Papua seharusnya mampu menjawab kebuntuan dan keresahan masyarakat di Papua. Lembaga ini prakrasai oleh Prof Dr. Soegarda sekaligus Rektor pertama dan sekaligus ini berdiri sejak 10 Novenber 1962 silam. Fakultas pertama yang didirikan adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik digabung dengan Ekonomi saat itu. Kedua Fakultas ini tak menjadi kendala bagi Sogearda untuk terus memperjuangkan lembaga ini. Dia terus berupaya dengan segala kekurangan yang ada agar lembaga pendidikan tinggi tersebut ada dan bertahan demi kemajuan Pendidikan di Papua yang sampai saat ini masih tertinggal. Hingga kini, lembaga tinggi ini telah menjadi barometer pendidikan di Tanah Papua. Selain itu, juga menjadi pemersatu budaya yang ada di tanah Papua. Lembaga ini cukup diminati banyak Pemuda-pemudi. Putra Asli Papua sendiri maupun luar Papua. Hal ini mengakibatkan berbagai daerah dari masing-masing suku yang berbeda datang menempuh pendidikan di Uncen. Sejumlah persoalan tersebut mengakibatkan ratusan mahasiswa cetakan Uncen sudah tak lagi seperti yang sebelumnya. Ribuan lulusan Uncen yang hanya berharap pada tes Calon Pegawai
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Dilain sisi, mereka juga telah kerap kalah saing dengan rekan mahasiswa lainnya di luar Papua. Hal ini mengakibatkan menjamurnya tingkat pengangguran yang semakin tinggi di Papua. Tiap tahunnya pengangguran semakin bertambah dan naik secara drastis. Daud Frengki Heluka (24) salah seorang wisudawan kepada JUBI usai acara wisuda Uncen pada Rabu, pekan lalu, menilai, sejumlah mahasiswa lulusan Uncen cukup berbobot dan siap di pakai dimana saja. Baik di Instansi Pemerintahan maupun swasta. Buktinya sudah cukup banyak yang bisa dilihat. Diantaranya, Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, SH, Bupati Kabupaten Jayapura, Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM, Kepala Distrik Abepura, Max Olua, S.Sos dan sejumlah Alumni Uncen lainnya. “Mereka semua lulusan Uncen,” tukas Heluka dengan nada tegas. Namun disisi lain, kata dia, banyak lulusan Uncen juga yang hanya berharap pada tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Papua maupun setiap kabupaten di Papua, tiap tahunnya. Menurut dia, hal ini tergantung pada pribadi orang itu sendiri. Dengan begitu. maka jelas akan menghasilkan banyak penganggur di kota ini. Pahal pihak lembaga tinggi Uncen berharap para lulusannya dapat menciptakan lapangan kerja baru.. Bagi dia, dirinya akan berusaha untuk menciptakan lapangan kerja baru di daerahnya yakni di Yahukimo. Usaha tersebut adalah kursus komputer dan usaha rental. ”Saya akan usahakan ini di daerah Yahukimo, karena sampe sekarang komputer belum banyak disana,” pungkasnya. Selain itu, juga akan mengikuti tes pegawai. Dia menambahkan, saat dirinya di wisuda dia merasa lega. Namun secara moral susah meninggalkan kampus. Bagi dia, kelulusan yang diraihnya bukanlah akhir dari pendidikan, namun awal dari pendidikan dan pejuangannya untuk menggapai masa depannya. Sementara itu, Inseri Womsiwor (25) mengungkapkan, tiap tahun, beribu-ribu mahasiswa yang dihasilkan namun hanya berharap pada penerimaan CPNS. Kebanyakan mereka tak menciptakan lapangan kerja baru, seperti yang diharapkan lembaga pendidikan tinggi Uncen. ”Mereka lebih banyak memlih jadi PNS, sedangkan pekerjaan lain seperti swasta tidak banyak yang meminatinya,” katanya. Menurut dia, ia lebih memilih bekerja di Yayasan atau di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). ”Saya tidak mau kerja jadi PNS. karena terkesan terlalu terikat,” ujarnya. Selain itu, kata dia, ia juga akan berusaha menciptakan lapangan kerja baru.
Diantaranya, membuka kursus Bahasa inggris dan membuka rental komputer,” tuturnya.
Usai mewisuda para sarjana di Auditorium Baru Uncen di Abepura, belum lama ini, kepada wartawan Prof. DR. Berth Kambuaya, MBA mengatakan, Uncen Jayapura harus dilihat sebagai aset penting dalam pembangunan dunia pendidikan di Tanah Papua dan Indonesia secara umum. “Uncen sebagai lembaga pendidikan turut mengambil bagian di dalam membentuk dan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengelola Tanah Papua,” katanya. Ia berharap, hasil lulusan kesekian kali ini dapat menciptakan lapangan kerja baru. Mereka jangan terlalu berharap pada tes CPNS yang sering dilakukan pemda setempat. Memang demikian tetapi sebagai lulusan perguruan tinggi , harus mengembangkan kemampuan serta kreatifitas yang dimilikinya. Karena masyarakat umum sedang membutuhkan hal tersebut. “Dengan demikian dapat menekan angka pengangguran yang terus bertambah tiap tahun,”tegas Kambuaya. Sekretaris Daerah Provinsi Papua, Tedjo Suprapto, MM mengatakan, peranan lembaga ini sangat penting.Saat ini Pemerintah Provinsi Papua telah berupaya mengembangkan SDM Papua dengan memberikan peluang kepada putra putri asli Papua untuk melanjutkan pendidikannya. “Pemda saat ini sudah mengirimkan beberapa Orang Papua untuk melanjutkan pendidikannya di luar Papua,” tukasnya. Bukan di dalam negeri saja bahkan sampai ke luar negeri. Sarjana Baru, Pengangguran Baru Sekda Provinsi Papua menjelaskan, putra-putri yang nantinya dikirim melanjutkan pendidikan harus memiliki kulitas yang tinggi. berdedikasi, serta mempunyai moral yang baik pula. Dengan begitu. maka bisa bersaing dengan rekannya yang berada di luar Papua. Untuk itu, dia berharap Uncen dapat membantu Pemerintah Daerah menciptakan pemuda yang berkulitas serta berdedikasi tinggi. Sehingga tiap tahunnya, mereka siap dikirim untuk menempuh pendidikan di luar Papua. Maka pengembangan Papua kedepan dapat dikelola oleh Putra Asli Papua sendiri. Lembaga ini perlu berupaya untuk memenuhi kekurangan fasilitas tersebut. (JUBI/Musa/Eveert
/Ronal)

0 komentar: